Buku berjudul Harus Bisa! Seni Kepemimpinan a la SBY ini ditulis oleh Dr. Dino Patti Djalal. Dino tadinya terkenal sebagai diplomat di Deplu RI sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Staf Khusus sekaligus Juru Bicara Kepresidenan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk urusan luar negeri.
Pada sampul depannya, tertulis di situ bahwa buku ini adalah catatan harian Dino (selama menjadi staf khusus Presiden SBY). Lho, jadi ini buku tentang leadership atau catatan harian? Dua2nya. Ini buku tentang kepemimpinan gaya SBY dan sekaligus merupakan catatan Dino tentang segala peristiwa dan cerita selama dirinya membantu Presiden SBY sebagai staf khusus.
Tapi, menurut saya, buku ini menarik karena kita juga bisa belajar banyak hal di bidang politik, sejarah, sosial dan khususnya hubungan diplomatik dan internasional. Ini karena wawasan dan kompetensi Dino sebagai diplomat dan intelektual muda yang tidak perlu diragukan lagi. Saya juga angkat topi untuk gaya bahasa yang ditulis dalam buku ini: ringan tapi tetap berbobot serta alurnya sangat mengalir, sehingga membaca buku ini seperti mendengarkan cerita si penulis secara langsung.
Buku ini dibagi menjadi 6 bagian besar:
- Memimpin dalam Krisis
- Memimpin dalam Perubahan
- Memimpin Rakyat dan Menghadapi Tantangan
- Memimpin Tim dan Membuat Keputusan
- Memimpin di Pentas Dunia
- Memimpin Diri Sendiri
Pada masing2 bagian tersebut, Dino menulis beberapa cerita tentang berbagai macam kegiatan, kebijakan, tutur kata dan tingkah laku Presiden SBY serta menggarisbawahi beberapa poin penting tentang kepemimpinan SBY. Menarik.
Beberapa pelajaran penting yang saya ambil dari buku ini antara lain:
- Seorang pemimpin harus bisa berpikir di luar kerangka yang ada, atau thinking outside the box. Dia juga harus selalu mendorong anak buahnya berpikir seperti itu. Berpikirlah sekreatif mungkin.
- Seorang pemimpin sejati harus berani mengambil resiko, karena inilah yang membedakannya dengan follower.
- Lakukan pendobrakan (breakthrough) namun lakukan secara cerdas dan terukur.
- Pemimpin harus menguasai masalah untuk kemudian membuat keputusan secara tepat dan cepat serta tahu resikonya.
- Pemimpin harus bisa menjaga amanah dan memegang janji.
- Pemimpin harus konsisten, dalam tutur kata dan perilaku.
- Pemimpin harus jujur, berakhlak bagus dan bermoral tinggi.
- Pemimpin harus bisa menjaga kehormatan dirinya, keluarga dan orang2 yang dipimpinnya.
- Pemimpin harus punya rasa percaya diri yang tinggi.
- Pemimpin harus bermental tangguh.
- Pemimpin harus bisa mengayomi anak buah dan mendukung anak buahnya untuk berkembang dan berkembang.
- Pemimpin itu harus santun dan menghormati orang lain serta elegan dalam bersikap.
Poin2 di atas mungkin sudah sering kita dengar dalam berbagai pelajaran atau kursus2 kepemimpinan. Tapi, saya rasa sangat bagus juga kalau kita terapkan pada diri kita sendiri, karena toh masing2 kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri dan keluarga.
Dari buku ini, saya juga menjadi lebih banyak tahu tentang siapa dan bagaimana sosok Presiden SBY ini. SBY digambarkan sebagai seorang yang cerdas (tak heran, soalnya beliau ini adalah seorang Doktor dan purnawirawan Jenderal TNI, lulusan terbaik Akmil pula). Siapa pun Presiden RI tahun 2009 nanti, saya pikir Indonesia memang butuh pemimpin bangsa yang cerdas dan brilian, yang menguasai banyak permasalahan bangsa dan punya wawasan yang luas seperti SBY.
SBY juga digambarkan sebagai seorang yang sangat memperhatikan detail dan teliti serta perfeksionis. Contohnya, beliau selalu me-review naskah2 pidatonya dan mengoreksi kata demi kata sampai beliau benar2 puas terhadap naskah pidato tersebut. Mungkin inilah yang kemudian membuat SBY dianggap sebagai seorang yang peragu dan lamban dalam mengambil keputusan oleh lawan2 politiknya.
SBY juga dituliskan sebagai seorang yang energik dan punya stamina tinggi. Pola kerjanya bahkan membuat para stafnya sempat “jungkir balik” untuk menyesuaikan dengan ritme kerja SBY yang sangat tinggi.
Dari beberapa kisah, kita juga bisa melihat sosok SBY sebagai seorang anak manusia biasa yang bisa marah, sedih, gembira dan menangis. Sesungguhnya, kehidupan sebagai seorang manusia saja sudah berat, ini masih ditambah lagi dengan tanggung jawabnya memimpin 220 juta rakyat Indonesia. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana beratnya menjadi seorang Presiden negara Republik Indonesia ini. Herannya, banyak sekali politisi yang ingin duduk di kursi ini ya…
Juga diceritakan beberapa kisah tentang sisi kemanusiaan dan sosial SBY. Beliau dikenal cukup dekat dengan para anak buahnya, walaupun dikatakan tetap “menjaga jarak” untuk alasan profesionalisme dan integritas beliau sebagai seorang pemimpin.
Di mata Dino, SBY digambarkan sebagai sosok seorang bapak, mentor sekaligus pemimpin yang mengayomi dan memberikan banyak pelajaran serta dukungan kepada dirinya. Secara pribadi, SBY bahkan menjadi saksi pernikahan Dino. Sebagai anak buah, Dino pasti sudah sering disemprot atau dimarahi. Tapi, SBY juga tak pelit memuji anak buahnya untuk berterima kasih dan memberi motivasi sekaligus.
Bagi sebagian politisi dan pihak2 yang tidak suka terhadap SBY, mungkin buku ini bisa dianggap terlalu memihak dan mengedepankan hal2 yang baik saja tentang SBY. Tapi, kalau kita berpikiran jernih, kita bisa mengambil banyak pelajaran dari buku ini. Terlepas dari siapa SBY itu.
Menurut saya, masing2 Presiden negeri ini adalah yang putra terbaik bangsa dalam memimpin bangsa ini pada masanya. Soekarno adalah putra terbaik saat Indonesia sedang berjuang untuk merdeka dan mempertahankan kemerdekaan. Soeharto adalah putra terbaik kita saat Indonesia sedang butuh pemimpin yang menarik bangsa ini dari keterpurukan ekonomi saat itu. Begitu juga presiden2 yang selanjutnya.
Dan saya pikir, sekarang SBY juga adalah putra terbaik bangsa yang terpilih untuk memimpin Indonesia. Apalagi beliau dikenal bersih, jujur, jauh dari masalah KKN dan berintegritas tinggi. Kita sebagai rakyat punya kewajiban untuk mendukung siapapun pemimpin kita, selama sejalan dengan konstitusi, Undang-undang dan tidak korup.