Senin, 21 Desember 2009

Menangkal Radiasi Dengan Tanaman Hias

Sebuah fakta menarik, bahwa Lembaga Penerbangan Antariksa AS (NASA) menanam ribuan sansevieria di dekat instalasi nuklirnya. Lokasi penanaman ini hanya berjarak sekitar 10-25 meter dari instalasi nuklir tersebut. Apabila suatu saat terjadi kebocoran, maka ribuan sansevieria tersebut akan meredamnya.

Ya, ternyata tanaman hias Sansevieria atau dikenal juga dengan sebutan Lidah Mertua adalah tanaman antipolutan dan juga penangkal radiasi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Sanseveira mampu meyerap 107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara (karbonmonoksida), racun rokok (nikotin), bahkan radiasi nuklir. Riset lainnya dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan seluas 100 m3 cukup ditempatkan Sansevieria Lorentii dewasa berdaun 5 helai agar ruangan itu bebas polutan.

Ciri spesifik yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan), bahkan mampu menyerapnya sehingga didaerah berlalulintas padat dan didalam ruangan yang penuh dengan asap nikotin dimanfaatkan sebagai antipolutan (air freshener). Sementara di Afrika getah Sansevieria dimanfaatkan sebagai antiracun ular dan serangga.

Sebagai tanaman hias sansevieria sangat mudah dirawat dan tidak membutuhkan banyak lahan. Sansiveria (lidah mertua) memang sering kita temui di pekarangan rumah di kampung-kampung, baik itu ditanam di di sekitar pagar maupun di dalam pot, tetapi mungkin kita belum banyak mengetahui akan salah satu fungsinya yang anti polutan dan radiasi, jadi bagi yang belum buruan kita tanam di rumah kita.

Berikut tanaman lain yang antipolutan:

  • Paku Boston Nephrolepis exaltata Bostoniensis Penyerap paling ampuh
  • Palem Chyrsalidocarpus lutescens Penyerap banyak polutan
  • Palem bambu Chemaedorea seifrizii Formaldehid, benzena, Trichloroethylene, dan Penguapan tinggi
  • Karet hias Ficus robusta Formaldehid
  • Dracaena Draceana deremensis Formaldehid
  • Ivy Hedera helix Formaldehid
  • Palem phoenix Phoenix roebelenii Xylene
  • Lili air Spathiphyllum sp Alkohol, aseton, Formaldehid, Benzene, Trichloroethylene
  • Dracaena Dracaena fragans massangeana Formaldehid
  • Sirih Belanda Epipremnum aureum Formaldehid
  • Paku Neprolepis obliterata Formaldehid, alkohol
  • Krisan Chrysanthemum morifolium Formaldehid, benzene, Ammonia.
  • Gerbera Gerbera jamesonii Transpirasi tinggi
  • Dracaena Dracaena deremensis warneckei Benzene
  • Dracaena Dracaena marginata Xylene dan Trichloroethylene
  • Schefflera Brassaia actinophylla Formaldehid.

Selasa, 01 Desember 2009

Mengenal Reaktor nuklir di Indonesia......

1.Reaktor Triga Mark II
Memiliki daya 250 kW pada 1965, ditingkatkan menjadi 1.000 kW pada 1971, dan terakhir menjadi 2.000 kW pada 2000. Reaktor tersebut merupakan salah satu fasilitas dari kawasan nuklir Bandung yang menempati lahan sekitar 3 ha. Di kawasan ini terdapat Pusat Teknologi Bahan dan Radiometri. Kegiatan di sana meliputi pendayagunaan reaktor untuk penelitian dan pembinaan keahlian, litbang bahan dasar, radioisotop dan senyawa bertanda, instrumentasi dan teknik analisis radiometri, pengawasan keselamatan kerja terhadap radiasi dan lingkungan, serta pelayanan kedokteran nuklir.


2.Reaktor Kartini
Memiliki daya 100 kW dan terletak di kawasan nuklir Yogyakarta dengan luas lahan sekitar 8,5 ha. Di samping Reaktor Kartini, kawasan ini juga memiliki fasilitas perangkat subkritik, laboratorium penelitian bahan murni, akselerator, laboratorium penelitian D2O, laboratorium fisika dan kimia nuklir, fasilitas keselamatan kerja dan kesehatan, perpustakaan, fasilitas laboratorium untuk pendidikan, Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, serta Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN).



3.Reaktor Siwabessy
Dengan daya 30 MW terletak di kawasan nuklir Serpong, Provinsi Banten, dengan luas lahan sekitar 25 ha. Kawasan Nuklir Serpong adalah pusat Litbangyasa Iptek Nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Pembangunan instalasi dan laboratorium Kawasan Nuklir Serpong dilaksanakan melalui tiga fase yang dimulai sejak 1983 dan selesai secara keseluruhan 1992. Kawasan Nuklir Serpong terletak di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek).